Cinta itu seumpama panganan dalam stoples kaca
Berbaris di atas rak
Dan kau melabeli-nya :
... Kemarau
... Hujan
... Dingin
... Angin
Kau pasti termangu, lama
Di depan stoples berlabel : kemarau.
Ketika cinta seperti ikan kering
Dengan bau tak sedap
Kau tersenyum simpul
Di depan stoples berlabel : hujan.
Ketika cinta begitu basah
Ketika hidup begitu bersajaha
Kau menggigil di depan stoples berlabel : dingin.
Terus, terus kau menggigil
Merasakan dinginnya menusuk tulang
Sakitnya hingga membuat kau tewas dalam hidup
Dan kau kembali tersenyum, lama mengingat
Tentang angin di depan stoples berlabel itu,
Bahwa angin pun dapat membawa pesan untuknya,
Untuk dia yang kau cinta.
Sabtu, 30 November 2013
Rabu, 20 November 2013
Setapak
Dahulu,
Kaki berdebuku menyusurinya
Lembab, rasanya seperti menginjak bubur
Dahulu,
Ubun-ubunku dilindungi dedaunan
Sejuk, rasanya seperti ditiup angin senja
Dahulu,
Aku bertemu roda-roda berputar dari sepeda ontel para tua
Mengingatkanku tentang para Pastur berdarah Belanda
Dahulu, yang kini semuanya musnah
...
Kecuali satu!
Ya, satu!
Kenangan ciuman kita di setapak ini
Selalu ada.
Kaki berdebuku menyusurinya
Lembab, rasanya seperti menginjak bubur
Dahulu,
Ubun-ubunku dilindungi dedaunan
Sejuk, rasanya seperti ditiup angin senja
Dahulu,
Aku bertemu roda-roda berputar dari sepeda ontel para tua
Mengingatkanku tentang para Pastur berdarah Belanda
Dahulu, yang kini semuanya musnah
...
Kecuali satu!
Ya, satu!
Kenangan ciuman kita di setapak ini
Selalu ada.
Senin, 11 November 2013
Di Kumismu
Aku gemas,
Melihat kumismu yang begitu itu ...
Di kumismu,
Ada buih cappuccino,
Laksana buih ombak di tepi pantai ...
Dan aku ... ingin melengketinya
Melihat kumismu yang begitu itu ...
Di kumismu,
Ada buih cappuccino,
Laksana buih ombak di tepi pantai ...
Dan aku ... ingin melengketinya
Langganan:
Postingan (Atom)
Cinta Bukan Untuk Main-Main
Kemarin ja'o baca de pung status WA "Tidak Pernah Dihargai" Ja'o langsung tertawa Karena, kapan de pernah mengh...
